Selasa, 27 Oktober 2015

SANGGUPKAH HIDUP BERTAHUN-TAHUN TANPA BUAH dan SAYUR???

TOMAT???

Apakah di luang timur anda pernah menanam tomat???

mungkin saja pernah dicoba, tetapi hasilnya tidak maksimal...

musim kemarau berkepanjangan dari bulan September sampai bulan November,,, membuat tanah pulau kering kerontang...

banyak siswa, khususnya SD, SMP sebagian besar. yang tidak pernah melihat wujud  buah-buahan dan sayur sayuran... secara lengkap.

secara umum, siswa hanya mengenal sayur daun ubi, jantung pisang, bunga pepaya...
kangkung dan sawi manis jika musim hujan di bulan desember.
Buah yang familiar bagi mereka adalah jeruk dan mangga...


coba kita tanya kepada mereka " brokoli" pasti mereka tertawa, nama apa itu???

atau coba kita tanyakan, pernahkah mereka makan buah anggur???
secara umum mereka menggeleng...

sehingga bagi saya seorang guru bahasa inggris, sangatlah susah untuk mengajarkan nama-nama sayuran kepada mereka dalam bahasa inggris.

walaupun saya bisa menunjukkan gambar sayuran tersebut, mereka tidak pernah melihatnya... sama saja dengan menghayal..

tapi yang elbih menyedihkan adalah bukan perkara pernah melihat atau tidak.

mereka jarang mankan sayuran...

apakah gizi untuk mereka cukup???

Mereka adalah rakyat Indonesia. Di sana dikibarkan Merah Putih.
Tapi sampaikah uluran tangan pemerintah pusat ke sana tentang sayur dan buah tadi??

ataukah hanya dibiarkan begitu saja menjadi urusan pribadi mereka??

Jika mereka tidak mau bergabung lagi ke Indonesia, bagaimana. Disitu pemerintah pusat bertindak???


Saya Guru SM-3T angkatan III, penempatan pulau luang..

setahun tanpa sayur dan buah...

bagaimana jika bertahun-tahun??
sanggupkah???

saya belum yakin...


perjalanan dari kupang ke SMK perikanan Mdona hyera. Maluku Barat daya

Saya mengabdi di Pulau luang, Desa Luang Timur, Kecamatan Mdona Hyera. Kabupaten Maluku Barat Daya. Di pulau itu hanya terdapat 2 desa, sementara desa yang lainnya berada satu pulau dengan pusat kecamatan yang bisa ditempuh dengan waktu 5 jam dengan menggunakan perahu motor yang berbahan bakar solar.

dari Sumatera, untuk bisa sampai  di pulau luang. Saya harus ke Kupang dahulu. Kemudian dari pelabuhan kupang harus menumpangi kapal barang bernama Kapal Cantika 88 dan berlayar selama 4 hari. Selama di kapal, saya tidak bisa mandi karena kamar mandi hanya 1 dan itu digunakan oleh Anak Buah Kapal. Kapal ini harus singgah di dermaga yang dilewati untuk menurunkan dan menaikkan penumpang. Waktu itulah yang saya pergunakan untuk keluar dari kapal untuk menumpang mandi ke rumah-rumah warga yang ada di pulau-pulau itu, terkadang saya hanya punya waktu untuk sikat gigi dan cuci muka.

Di pulau penempatan saya tidak ada dermaga, begitu juga di pusat kecamatan. sehingga saat kapal berlabuh di pusat kecamatan itu saya pun harus turun melalui tangga kapal yang sederhana, yang sering disebut dengan tangga monyet, kemudian langsung melompat ke atas perahu motor yang sudah menunggu di bawah. jika ada gelombang, maka akan sangat susah untuk melompat ke perahu motor. dan dari pusat kecamatan saya melanjutkan perjalanan selama 5 jam, untuk sampai di pulau luang.

Untuk sekedar sampai di Pulau luang, nyawa harus menjadi taruhan atas pengabdian di pulau ini. di pulau ini sangat susah dibangun dermaga. karena jarak antara kampung (pulau) ke laut dalam sangatlah jauh yaitu sekitar 3 km. Sehingga tidak mungkin untuk membangun dermaga sepanjang 3 km dalam waktu dekat.

Sesampai di sana, saya ditugaskan di SMK Perikanan Mdona Hyera. Siswa SMK ini belum pernah bertemu dengan guru dengan pendidikan bahasa inggris. Selama ini mereka hanya diajar oleh guru-guru honor yang berlatar pendidikan non keguruan tetapi bisa bahasa inggris walau hanya sedikit.
Saat mengajar di kelas, saya mulai, materi pelajaran bahasa inggris dari Alphabet A-Z dan angka 1-100.
Sekolah yang berada tepat di tepi pantai ini merupakan sekolah baru. semua siswa tidak ada yang memiliki buku cetak dan kamus. Mereka hanya bisa mengandalkan buku tulis dan pulpen. Setiap hari saya harus mencatatkan materi di papan tulis.

FOTO DAN KISAH PERJALANAN KU KE MALUKU BARAT DAYA

saat kapal sudah mau berangkat, semua nya masih rapi dan baik-baik saja. begitu juga hati yang masih tersusun rapi.


pendatang baru di tanah maliuku barat daya, harus ramah tamah kepada penduduk asli di sana. bertanya-tanya tentang keadaan di sana.

beginilah suasana tidur di kapal, yang memang tidak bisa tidur lurus, karena sempit. Penulis tidak ada foto, karena penulis memegang kamera. foto ini asli, tanpa direkayasa.

Semangat untuk mengabdi tercermin di wajah temah-temanku. Wlau hati nya berkecamuk, tapi senyum ke kamera. tak pernah pudar.
 saat penulis mulai eksis di atas kapal cantika 88, sebelum kapal berangkat.

beginilah suasana tidur  yang paling nyaman, selama 4 hari begini. seluruh badan pegal juga ya...
 rasa persaudaraan itu muncul, ketika saling menolong di saat bersempitan. tidak ada cara lain.



aku tau bahwa aku salah mengambil foto ini, tapi ini kulakukan karena keadaan terpaksa. Sedikit kenang-kenangan dari seseorang yang sangat kami banggakan dan kami rindukan. Pak, saya tidak bisa tidur jadi saya ambil  foto-foto orang lain tidur. Bapak tidur di atas beras, memberikan teladan kepada kami bahwa kami harus bertahan hidup. terimakasih bapak.



posisi tidur yan g sudah tak karuan,,  bengkok sana dan benkok sini...


suasana malam hari di atas kapal sungguh dingin,,,,, berrrrr
meletakknan badan di sela-sela tumpukan barang...

suasana tidur malam itu sungguh enak dipandang mata. semua penumpang terlelap. pastinya mereka sudah berdoa sebalum tidur.. sehingga kapal akan selamat.

pagu hari menyambut para sarjana muda ini,, melihat hp,,, ternyata sinyal sudah tidak ada...


masih terlelap karena kecapean waktu masih di darat.

bangun tidur choy.... hehehe...

bangun tidur langsung lihat kaca,,,, perika apakah ada iler atau ngences...

pagi hari belum cuci muka....
klo semalam lasak tidurnya, pasti sudah terguling ke lautan..

































Minggu, 25 Oktober 2015

SUARA PANGGILAN DARI MALUKU BARAT DAYA
HIDUP ADALAH PENGALAMAN, sepotong kalimat inilah yang menjadi penyemangat dalam petualangan di dunia baru  yang  jauh dari kampung halamanku, orang tua, saudara dan juga  teman-teman ku. Perjalanan panjang ini di awali dari rasa penasaran ku terhadap sebuah program pemerintah bernama SM-3T (Sarjana Mendidik daerah Terdepan, Terluar dan Tertingggal). Program ini telah membawa ku masuk ke sebuah dunia baru yang pastinya sangat  menantang.
Pagi, di kota padang  2 September 2013, untuk pertama kalinya kaki ini melangkah ke Kota ini. Disambut mentari pagi yang cerah, mendarat dengan selamat adalah hal yang menyenangkan bagi ku dan sepuluh orang teman seperjuangan ku yang akan mengikuti kegiatan pra kondisi di kota ini. Alam Kota Padang mengingatkan aku akan sebuah kisah Si Maling Kundang, serasa tak percaya akhirnya aku tiba juga di kota ini, kota yang selama ini hanya bisa ku lihat dalam peta Indonesia, cerita dan televisi. Hembusan nafasku berkata “Aku datang kota padang” .
Hangatnya mentari pagi di bandara Minang Kabau  cukup memanjakan khayalan ku tentang indahnya kota ini, tapi tidak dengan perjalan ku. Setelah keluar dari bandara kami harus berjuang mencari tempat untuk menginap karena jadwal untuk masuk asrama tempat pra-kondisi diadakan 3 hari lagi. Dari bandara, kami menggunakan angkot carteran, bukan Damri atau si mewah Taxi dengan harapan bisa menghemat ongkos. Di angkot ini kami bersepuluh berdesak-desakan termasuk tas-tas kami yang rata-rata memuat 25 kg. Kami sudah seperti ikan rebus yang disusun dalam kardus yang berhimpit-himpitan.
Mengunakan angkot berputar-putar mencari penginapan, namun sipenginapan tak kunjung  juga dapat. Empat jam berlalu akhirnya dapatlah sebuah penginapan, di penginapan inilah aku duduk sebentar untuk melepaskan rasa lelah sejenak. Tak berselang beberapa menit kemudian ku putuskan untuk mencari makanan bersama teman-teman. Kami memilih warung kecil di pinggir jalan.  Hati pun senang, makan pertama di kota padang., tapi muncul sedikit masalah saat si penjual menggunakan bahasa daerah yang sama sekali tidak kumengerti.  Aku merasa binggung dan kaku untuk menjawab karena aku memang  tak tahu maksudnya. Walau terbingung-bingung, pada akhirnya ku pesan saja makanannya dengan bahasa Indonesia sambil menunjuk langsung menu yang aku mau. Pada akhirnya  kami tetap menikmati makanan yang enak di kota padang, yaitu ikan nila yang dibakar dengan bumbu khas padang. Kami pulang ke penginapan dengan perut kenyang dan hati gembira.
Selama 11 hari Mengikuti Pra-kondisi di LPMP dan berkemah di Lubuk Minturun, dengan segala pendidikan dan pelatihan telah membuat ku benar-benar  siap untuk mengabdi. Tak sabar aku ingin berangkat de daerah sasaran penempatan ku di  Maluku Barat Daya (MBD) . Banyak cerita yang membuat ku semakin ingin segera sampai di daerah  penempatan ku mengabdi, untuk aku berbagi cerita tentang dunia pendidikan kepada saudara-saudara sebangsa ku yang katanya tinggal di tempat sangat di  terpencil itu.
Hari itu 15 september 2013, Sekitar pukul sebelas Waktu Indonesia Barat kami berangkat dari kota Padang menuju kota Kupang, 48 orang guru SM-3T yang Rombongan Maluku Barat Daya siap beraksi dan berjuang. Saat itu aku tak gentar walau sedikit.  Terbang dengan burung besi  dan sampai di Bandara Soekarno –Hatta.  Kami menunggu hingga pukul empat sore, lalu terbang lagi menuju kota Surabaya. Sesampainya di kota surabaya, tepatnya di Bandara Juanda hari pun telah malam. Di Bandara ini kami tak perlu turun dari pesawat, karena penumpang dari Bandara Soekarno-Hatta dengan tujuan Bandara Juanda pun turun dan  penumpang dari bandara Juanda dengan tujuan bandara Eltari Kota Kupang pun naik. Hatiku senang karena sudah bisa melihat wajah orang Kupang secara nyata, yang selama ini hanya bisa kulihat di televisi.  kulit agak gelap, badan setinggi 160 cm, rambut keriting.  Sambil menikmati perjalanan malam hari di dalam pesawat, aku pun tertidur karena kelelahan. Hingga  pada akhirnya sekitar jam dua belas malam WITA kami sampai di Bandara Eltari Kupang.
Di Bandara Eltari, kami lama menunggu bus Damri yang dipesan oleh Kepala Dinas Pendidikan Maluku Barat Daya. Sesaat setelah bus nya datang, kami bergegas dan bekerja sama untuk memasukkan barang-barang kami ke dalam bus, dan bus siap meluncur menuju Hotel Kelimutu. Hotel ini sejenis penginapan sederhana dengan bayaran murah. Kamar yang kami dapat  adalah kamar berukuran 4x4 dengan kamar mandi di dalam. Dengan penampilan kamar yang sederhana, kami menikmati istirahat malam itu. Letihku tak terkira, tulang dan persendian serasa terbongkar.  Aku menghempaskan tubuh di kasur yang memang tidak empuk lagi. Kami pun tidur dengan nyenyak hingga tiada terasa pagi telah menyambut.
Setelah menginap selama 2 malam di hotel itu, tanggal 17 SIANG  siang hari kami menuju Pelabuhan Tenau, Kupang. Dan ternyata di sana telah sandar kapal sederhana yang bernama Cantika 88. Betapa terkejut hati ini, ternyata kapal nya tak sebesar kapal yang ada dalam bayangan dan perbincangan kami dengan teman, kapalnya adalah kapal perintis yang berukuran panjang 50 meter dan lebar 12 meter. Kapal ini 2 lantai, yaitu lantai dasar yang dilengkapi dengan tempat tidur dan lantai atas yaitu palka kapal yang biasa tempat barang.  Kapal tersebut menampung sekitar enam ratus ratus orang serta barang milik penumpang berupa bahan
bangunan, barang-barang toko seperti, lemari, rak piring, tempat tidur, beras, dan sembako, hewan ternak dan barang-barang lainnya. Beban pada kapal itu mencapai  ribuan ton.
Kami memilih untuk tinggal di lantai atas yaitu palka kapal yang hanya beratapkan plat besi dan berdinding terpal dan beralaskan karpet tipis. Kami tak yakin dengan keadaan itu kami bisa selamat sampai tujuan. Berdasarkan informasi yang kami dapat dari Penduduk asli Maluku Barat Daya lama perjalana 5 hari 4 malam, karena kapal akan singgah di pulau-pulau untuk menurunkan dan menaikkan penumpang dan juga barang,  tapi semangat perjuangan kami tidak luntur sama sekali.
Sore itu sekitar pukul 4, strom III pun berbunyi pertanda kapal lepas tali dari dermaga, rasa takut pun mulai menghinggapi hatiku. Tak henti – hentinya aku berdoa di dalam hati. 4 jam pertama di atas kapal, hari pun mulai gelap. Secara bertahap kami mengatur palka itu dengan menggeser barang-barang yang kami punya agar kami bisa tidur. Kami tidak bisa tidur terlentang secara bebas. Sebagian besar dari kami hanya bisa duduk sambil memejamkan mata dan bersandar pada barang-barang yang pas untuk disandari.
Seiring berjalannya waktu, beberapa di antara kami mabok laut dan akhirnya merasa mual dan muntah. Ketidak nyamanan mulai terasa, hingga detik dan menit pun terasa lama. Kapal itu tidak berhenti selama 1 hari 1 malam untuk melewati lautan timor leste. Kebosanan pun mulai terjadi dan sinyal yang muncul pun sinyal TLS (sinyal timor leste). Kami tidak mengaktifkan telepon seluler karena biaya telepon dan sms nya sangat mahal, contohnya jika ada SMS  masuk ke telepon seluler dan kami membuka isi sms nya maka pulsa kami akan terpotong 5 ribu. Secara umum, masyarakat yang melewati daerah ini sudah mengetahuinya, begitu pula dengan kami yang sudah di beritahu oleh masyarakat yang ada di kapal.
Selama 5 hari 4 malam di atas kapal, canda dan tawa pun tercipta oleh kami, guru-guru SM-3T di atas kapal. Hingga kedekatan dengan masyarakat Maluku Barat Daya pun mulai terjalin. Kami tetap semangat walaupun terkadang ombak menghantam kapal yang kami tumpangi. Mulai hari ke dua, secara bertahap guru-guru SM-3T pun dilepaskan dan diberangkatkan oleh Dosen dan rekan-rekan guru Sm-3T lainnya. Sebagian pulau tidak memiliki dermaga, dari  atas kapal langsung turun ke perahu melalui tangga yang ada pada samping kapal. Tangis haru pun menyertai keberangkatan Guru yang dilepas.
Demikianlah perjalanan dari 28 Guru SM-3T yang sudah dilepaskan, hingga tinggal lah kami 20 orang guru SM-3T yang akan diturunkan di desa Mahaleta, Pulau sermatang. Waktu itu sudah menunjukkan pukul 23.00 WITA. Di Pulau Sermatang ini tidak ada dermaga, sehingga kami harus turun melalui tali dan ban yang disusun di sisi kapal, dan langsung melompat ke atas perahu. Kami sangat ketakutan sehingga banyak di antara kami yang berteriak karena tidak berani turun. Melalui proses yang lumayan lama, akhirnya kami semua pun turun dengan selamat.
Setelah sampai di daratan, tiba-tiba aku merasa pusing. Daratan seolah bergoyang. Kami menginap di rumah penduduk yang ada di pulau itu, karena besok hari nya kami akan dipencar menuju desa kami masing-masing. Beberapa di antara kami ada yang berjalan kaki menuju desa tempatnya mengabdi, ada yang menggunakan truk dan ada juga yang menggunakan sepeda motor. Sementara aku, ditempatkan di Pulau luang,  dan dari desa Mahaleta itu harus naik perahu lagi selama kurang lebih 5 jam.
Guru SM-3T yang ditempatkan di pulau luang ada 7 orang, di Desa luang barat 2 orang dan di Desa Luang timur 5 orang. Aku ditempatkan di Desa Luang Timur. Tanggal 22 siang , aku bersama rekan ku yang di tempatkan di Desa Luang Timur berangkat dari Desa Mahaleta menuju Desa Luang Timur. Di tengah lautan itu beberapa kali perahu bermesin yang kami tumpangi rusak. Aku dan teman-teman ku sangat ketakutan, dan berdoa tiada henti. Setelah mendapat perbaikan dari juru mudi, maka aksi berlayar pun dilanjutkan. Sampai lah di Desa Luang timur dengan selamat.
Hal yang membuat aku terkesima adalah ketika sampai di pantai, ikan banyak melompat ke udara, seolah mengucapkan selamat datang untuk kami. Ini seolah mimpi tapi benar terjadi. Setelah perahu kandas ke pantai, maka anak0anak pun berlarian untuk memperebutkan barang bawaan kami. Sungguh sambutan yang hangat luar biasa.
            Masyarakat luang timur sangat ramah dan baik hati menyambut tamu. Demikian juga lah kami yang juga ramah layaknya seorang guru. Karena di sana tidak ada perumahan guru yang kosong dan rumah penduduk yang kosong, akhirnya kami disarankan agar tinggal di Perumahan untuk pendeta di Gereja Protestan Maluku (GPM) bersama pendeta dan keluarganya.
Setelah mandi, kami makan malam dan beristirahat. Walau sedikit pusing, kami tidur dengan  nyenyak. Hingga besok pagi nya kami pergi ke sekolah.
Sekolah penempatanku adalah SMK Negeri Perikanan Mdona Hyera. Hari pertama masuk sekolah sungguhlah mendebarkan hati, bertemu dengan guru-guru dan para siswa.  Ada 5 guru PNS di  sekolah itu dan 2 tenaga honor daerah. Perkenalan pun dimulai dengan guru dan dihadapan semua siswa.
Siswa nya sangat ramah dan suka menolong. Secara umum, siswa berkulit hitam manis dan ber rambut gelombang. Waktu berdiri di hadapan mereka semua, tergambar di wajah para siswa secerca harapan akan mendapatkan ilmu pengetahuan.  Mereka adalah harapan bangsa di masa depan.  Perkenalan pun dimulai, “ Nama Saya adalah Rotua Simanjuntak, biasa dipanggil Ibu Juntak”. Dan mereka mulai menyebut-nyebut nama panggilan untuk saya,Ibu juntak. Nama itu tidak pernah mereka dengar sebelumnya.
3 hari setelah berada di pulau luang hari pertama kami mandi laut dan main perahu. Sungguh perasaan kami sangat senang dan bahagia, tapi saat ada anak kecil yang dimarahi orang tuanya karena mengajak kami mandi di laut, itu membuat kami sangat sedih. ternyata  belum lama, ada kejadian ada anak-anak yang meninggal akibat tenggelam di laut.
Pulau Luang adalah pulau yang kaya akan Sumber Daya Alam. Sumber Daya yang ada di laut nya sangatlah melimpah. Bila tiba waktunya angin teduh, ikan pun mudah  di dapat. Memancing adalah pilihan pertama, untuk mendapatkan lauk untuk dimasak. Selain untuk mendapatkan laut untuk dimasak dan di makan sebagai sumber protein, maka memancing ikan pun menjadi pilihan terakhir. Siang hari setelah pulang sekolah, ingin rasanya menonton televisi atau mendengar lagu-lagu favorit.Tapi saat itu sanga tidak mungkin, karena sumber Arus listrik tidak ada dan juga tidak ada sinya telepon seluler..Memancing di laut bisa menghibur diri sendiri.
Kalau keadaan laut tenang, kami habiskan hari-hari kami memancing di laut setelah pulang sekolah. Sepulang memancing, aku biasanya menyempatkan diri untuk madi di pantai bersama anak-anak. Itulah cara ku mendekatkan diri dengan anak-anak didik ku dan juga semua anak-anak yang ada di pulau itu.
Sore hari jika tidak bisa main di laut, aku pergi berjalan-jalan ke rumah warga. Satu per satu rumah warga ku kunjungi hingga selama setahun, hampir semua rumah telah ku kunjungi.

foto pengabdian saat di maluku barat daya #SM-3T angkatan III